Jakarta Suatu keberuntungan akhirnya band J-Rocks terpilih rekaman di studio Abbey Road, London. Sebelum menuju London, sang vokalis, Iman pun masuk pesantren.

Keputusan Iman untuk mengurung diri di pesantren selama 5 hari ke depan tidak hanya terkait keberangkatannya ke London. Iman memang telah membiasakan dirinya menyempatkan waktu untuk mendekatkan diri pada Tuhan dan bulan Ramadan ini dirasa paling pas menurutnya.

"Setelah tahun 2000-an ke atas, gue cuma bisa masuk pas Ramadan aja. Biasanya sih 10 hari tapi kayaknya sekarang 5 hari aja," ujar Iman saat berbincang dengan detikhot ditemui di Flo Lounge, Bellazio, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (9/9/2008) malam.

Mantan gitaris band Funky Kopral itu akan berada di sebuah pesantren di kawasan Bogor untuk menimba ilmu pada guru spiritualnya. Iman mengaku akan memanfaatkan waktunya di pesantren sekalian untuk perenungan dan persiapan mentalnya rekaman di Abbey Road, Oktober mendatang.

"Gue sih lebih ke diri gue sendiri. Merenungi yang kemarin-kemarin udah benar apa belum. Ingin lebih mengenal Tuhan aja," jelas Iman.

Keberangkatan J-Rocks ke London berkat kegigihan mereka memenangkan kompetisi penampilan terbaik dalam ajang 'A Mild Live Soundrenaline 2008' bulan Juli hingga Agustus lalu. Dalam 2 penampilannya di Soundrenaline, J-Rocks menyelipkan unsur kebudayaan daerah.
(yla/yla)
Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ


Setelah melalui seleksi yang cukup ketat akhirnya band J-Rock sukses menggondol piala gramophone sebagai tanda kemenangan mereka dalam kontes “Road To Abbey Road” yang diselenggarakan berkaitan dengan event musik terakbar di Indonesia yaitu A Mild Live Soundrenaline 2008 “Free Your Voice”. Dalam pengumuman yang diselenggarakan usai acara di kota terakhir Yogyakarta tepatnya di Caesar Palace-Ambarukmo Plasa, Yogyakarta pada Senin (11/8) dinihari, band yang beranggotakan Iman (vokal), Sony (gitar), Anton (drum), Swara (bass) ini sukses mengalahkan 4 band lainnya yang juga masuk nominasi yaitu: GIGI, Saint Loco, Nidji, dan Padi.

“Wuah kita saat ini masih shock, nggak nyangka bakal menang juga!”, komentar Iman ketika ditanya amild.com sesaat setelah dinobatkan sebagai pemenang. J-Rocks yang dalam penampilan mereka di gelaran A Mild Live Soundrenaline 2008 “Free Your Voice” mengusung tema nasionalisme seperti tergambar dalam penampilan mereka di Prambanan Peace Park pada Minggu (10/8). J-Rocks yang tampil cukup singkat mampu menasionalkan penonton A Mild Live Soundrenaline 2008 “Free Your Voice” dengan membagikan bendera kecil pada ribuan penonton. Terlihat di tengah penonton sebuah bendera merah putih besar berkibar juga.

“Terus terang kita nggak memprediksi bakal menang, artinya apa yang telah kita lakukan di 2 kota dalam acara Soundrenaline tidak sia-sia dalam merepresentasikan tema Free Your Voice!”, kata Sigit sang manajer pada Senin dinihari itu pada amild.com. Indra Thamrin, salah satu anggota A-Board yang menilai penampilan band-band yang ikut kontes Free Your Voice Road To Abbey Road A Mild Live Soundrenaline 2008 menilai J-Rocks pantas menang dan berhak untuk rekaman ke tempat legendaris itu. “J-Rocks sukses mengusung tema Free Your Voice yang dibawa Soundrenaline tahun ini, dengan gimmick yang mengena, mereka memang pantas keluar sebagai pemenang!”, ujar Indra.

Sedangkan Andro, salah satu personil Nidji mengungkapkan kalau band sekelas J-Rocks sudah seharusnya yang menang dan berhak mendapatkan rekaman di Abbey Road. “J-Rocks oke banget, selamat untuk J-Rocks, mereka memang keren dalam penampilan di Soundrenaline!”, ujar cowok berkacamata ini. Well, Selamat buat J-Rocks!(amild.com)
Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ



Jadi band dengan nama besar udah pasti menjadi sebuah impian. Konsekuensi yang di dapat, yah tentu saja bakalan punya banyak fans. Berikut ini adalah tips dari Iman J-Rocks cara memelihara hubungan baik dengan fans

- Fans = temen. Sebagai sebuah band, tanpa fans kita tuh bukanlah apa-apa! Merangkul mereka sedekat mungkin adalah strategi jitu supaya kita nggak ditinggalin.

- Jangan sombong! Di manapun kita, dan kapanpun, sebisa mungkin bersikap rendah hati aja. Setiap orang bisa menilai sendiri, dan tentunya mereka semua lebih memilih pada figure yang low profile.


- Ladenin kalau bisa & sempat! Terkadang permintaan fans atau media di luar batas waktu yang loe miliki. Jangan langsung ditolak, sebisa mungkin atur waktu loe dan sesuaikan dengan jadwal mereka yang fleksibel.

- Bina Fans Club sebaik mungkin. Di sini loe bisa mendata semua fans yang sudah tergabung. Di sini juga kan loe bisa update informasi terbaru loe, yang tentunya sangat diharapkan oleh fans.

- Meresmikan fans club yang baru lahir. Berada kota nggak boleh jadi masalah buat loe untuk tetap menunjukkan kedekatan dengan fans. Bantu mereka untuk ngebentuk fans club, atau kalau mereka sudah punya, loe kudu resmiin supaya mereka merasa lebih dekat.

- Buatlah supporting media. Media adalah sarana yang tepat untuk menjembatani loe dengan fans. Membuat media sendiri, seperti media cetak, atau lebih mudahnya sekarang media on-line menjadi pilihan yang tepat.
Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ

Salah satu band Indon yang mengusung musik Jepang dan masuk industri musik di tanah air adalah J-Rocks (Jakarta), band yang dihidupi oleh Iman (nyanyi, Gitar), Sony (Lead Guitar), Wima (Bass), dan Anton (Drum) ini, baru saja melansir album terbaru mereka “Spirit”, dan lebih menegaskan eksistensi mereka di kancah musik tanah air. Reporter Harajukja Sabtu 8 September 2007, sempat bertemu dengan J-Rocks dan ngobrol banyak dengan Iman tentang musik J-Rocks bagaimana serunya?, kita langsung saja.
Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ
Jumat, 01 Agustus 2008 di 16.12 | 1 komentar  
PROFIL BAND S-ROCKS
Dibentuk oleh empat orang membernya. S-Rocks merupakan salah satu dari band-band di SMAN2 Bukittinggi. Meski musik rock yang menjadi jiwa dari band ini, mereka tidak takut untuk bereksperimen dengan musik mereka dan musik mereka luas tidak ada batasan dari soft ballad hingga punk rock bahkan beberapa lagunya terdapat unsur hip-hop. S-rocks adalah sebuah band visual, dimana penampilan mereka bervariasi dari single ke single, tetapi musik mereka selalu mencerminkan pop dan rock.

S-Rocks bermula pada awal tahun 2007, terdiri dari empat angota yang kesemuanya laki-laki, meski masih muda, mereka sudah cukup berpengalaman di dunia musik. dimana vokalisnya adalah H2h ( H.Hardiansyah), salah satu gitarisnya Chamatz (M.Ramadhan) dan bassisnya Boneng(M Fajri Septianto) dan Chapaick ( M Fadhil ) pada drum ,setelah resmi bergabung di saat kelas 10. Band ini bermula saat akan adanyaa pagelaran dan festival di sekolah mereka.Perjuangan S-Rocks sangat besar untuk biaya latihan mereka. Mereka berupaya mencari uang sebanyak mungkin dengan banyak cara. Saat ini S-Rocks masih eksis di dunia musik SMAN2 Bukittinggi dan di kota Bukittinggi.


Penulis : Habil (01-08-2008)
Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ
Satu lagi kesibukan anak-anak J-Rocks, selain konser di beberapa kota ; akting.
Yup….!
Itulah yang dikerjain Iman, Anton, Sony dan Wima disamping bermusik. Mulai film berjenis FTV sampai layar lebar yang saat ini masih dalam tahap produksi.
Menurut pengakuan kwartet Rocker ber-genre japanesse ini, hal tersebut adalah pengalaman yang baru. Akan tetapi semua itu bisa mereka jalani sesuai dengan tuntutan peran masing-masing.
Well done…!
Tapi jangan sampai ke-asyikan berakting mulu, ntar lupa bermusik…
Keep Rockin’ Men…..!
Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ




Nanimo nai…
Anata o aisuru igai…

Sepenggal bait berbahasa Jepang itu tak hadir di antara denting sangen dan koto, kecapi khas Negeri para Samurai. Ini bukan subayashi, gelaran musik tradisional Jepang yang lazim hadir dalam khidmat dan lampu temaram.

Naze kounatte shimattano…
Hitorikiri…

Kono Mune Ni juga tak meluncur dari bibir seorang penyanyi berkostum kimono, tetapi rocker berpenampilan khas Harajuku. Dibonceng raungan gitar merek Fender Strat tahun 1973, diingar-bingari sound effect Boss GT-8, Kono Mune Ni bagai merobek udara sebuah SMU di Surabaya, lima bulan silam. Ini pentas nihon no rokku, Bung! Musik rock khas Jepang.

Dalam diri Iman Taufik Rachman, 26 tahun, segala atribut berbau Negeri Matahari Terbit bagai menitis–dari kostum, lirik lagu, dan genre musik. Iman, pelantun tembang Kono Mune Ni tadi, adalah sesungguhnya pemuda kelahiran Jakarta. Demikian pula Swara Wima Yoga (bass), Sony Ismail Robbayani (gitar) dan Anton Rudy Kelces (drum), yang lahir dan dibesarkan di tanah Jawa.

Kuartet pemuda ini tergabung dalam J-Rocks sejak setengah dasawarsa silam, grup band pengusung aliran musik rock Jepang di Indonesia. Dan, mereka menunjukkan satu hal: Musik Jepang tumbuh dan (akan) terus berkembang di sini.

Impor musik rock khas Jepang alias Japanese Rock (J-Rock) terutama dimulai pada dasawarsa 1990-an lewat banjir film animasi (anime) Jepang. Bukan cuma ceritanya yang digilai, anime digandrungi pula di Indonesia lantaran musik soundtrack-nya yang ampuh membikin dagu mengangguk-angguk.

Kebanyakan musik pengiring film kartun ini adalah lagu-lagu bergenre rock dan disuarakan oleh band-band rock asal Negeri Sakura. Ada tembang-tembang bersemangat grup band L’arc en ciel (dikenal pula sebagai Laruku) di serial Samurai X, misalnya. Atau ada pula komposisi speed rock karya TM Network pada serial City Hunter dan Gundam.

Pada paruh kedua dasawarsa 1990-an dimulailah musim semi band-band lokal pelantun J-Rock di Indonesia. Lagu-lagu bergenre rock Jepang ini pun mulai hijrah ke atas panggung dari semula soundtrack film di layar kaca–meski masih dalam lingkup terbatas. Di Jakarta ada grup band Wasabi, Jetto, Japanese Heroes, Jai-ko, Kyuuto, atau Melody Maker. Di Bandung ada Lucifer dan Sound Wave.

Perkembangan berikutnya: Para band penggila J-Rock ini mulai mencipta karya-karya sendiri, tidak semata membeo soundtrack-soundtrack film. Dan, yang musykil terhindarkan, musik mereka dipengaruhi band-band pujaan mereka di Jepang sono. Wima, pembetot bass J-Rocks, misalnya, mengaku musikalitasnya grup bandnya sedikit banyak kecipratan gaya Laruku.

Meski begitu, J-Rocks menampik meniru abis band idolanya itu. ”Kami menggarap musik dengan ciri khas kami sendiri. Sedih juga kalau ada yang bilang kami menjiplak,” sesalnya. Yang jelas, dari lusinan band-band pengusung aliran J-Rock di negeri ini, hanya J-Rocks yang berhasil menembus industri rekaman.

Berbeda dengan rock Barat, Japanese rock (J-Rock) sarat dengan suntikan not-not manis seperti mayor 7 dan minor 7, membikin lagu-lagu J-Rock cenderung berirama ceria. Berbeda dengan rock dari negeri asalnya, Amerika dan Eropa, rock Jepang juga tak mengenal pakem. Jadi, kata Anton, penggebuk drum J-Rocks,’Sah-sah saja kita menyisipkan unsur musik lain. Bisa pop, ska, atau swing sekalipun.”

Demikian pula yang dilakoni J-Rocks. Pada album kedua, Spirit (2007), J-Rocks mencoba meramu pelbagai beat dan genre musik seperti rock n roll (Juwita Hati) bahkan waltz/victorian (Tersesal). Meski musiknya dipengaruhi oleh band Jepang Laruku, toh J-Rocks turut mengadopsi musikalitas Muse–band beraliran brit pop Barat.

Lain kata, J-Rocks–seperti juga lusinan band lokal pengusung J-Rock–tak ingin dan tak harus mengkotak-kotakkan musiknya ke dalam genre tertentu, meski di Jepang J-Rock berinduk pada genre arus utama seperti visual kei, shibuya kei, shimokita kei, hingga stance punks. J-Rocks, kata Wima, ingin memainkan musik apa saja yang mereka sukai,”Namun tetap berlandaskan rock Jepang.” Inilah kelebihan Japanese Rock: Memberi ruang besar bagi improvisasi.

Dan, musik bernada mayor 7 dan minor 7 ini terhitung lumayan laris di negeri ini. Pecinta J-Rock tersebar di komunitas-komunitas pecinta budaya pop Jepang. Salah satunya tergabung di mailing list Dare Darou yang dianggotai lebih dari seribu orang. Berkat keluwesan musik J-Rock berkawin silang dengan jazz, blues, rock n roll, ska, dan lain-lain, masa depan musik ini diprediksikan bakal cerah.

Musik-musik yang memanjakan telinga, kata Anton, drummer J-Rocks, bakal terus memperoleh tempat di hati penggemar. Itu terbukti tatkala beberapa waktu lalu J-Rocks manggung di daerah Muara Teweh, di pedalaman Kalimantan. ”Penonton datang bejibun,” ujarnya. Tentu saja mereka bukan murni berasal dari penggemar Japanese Rock.

Satu hal lagi: Kostum grup band pengusung J-Rock kerap amat nyentrik. Berkiblat pada gaya khas Harajuku–surga mode di Tokyo–aksi panggung musisi J-Rock tak pelak merupakan hiburan segar bagi bola mata.
Kepak Sayap Nihon No Rokku

1957
Tonggak kelahiran musik rock Jepang. Bersamaan dengan puncak kemashyuran rockabilly, salah satu gaya rock n roll di negeri itu. Rockabilly dipelopori Masaaki Hirao, Mickey Curtis, dan Keijiro Yamashita. Muncul demam ereki, rock dengan gitar elektrik.

1964
Musik ereki mencapai puncak popularitas, terutama lewat kegemilangan The Astronauts dan The Ventures. Grup band ereki mulai memainkan lagu-lagu berirama Liverpool sound menandai gerakan British Invasion.

1970-an
Di daerah Kansai muncul aliran blues rock mirip southern rock. Di Okinawa terbit Okinawan rock yang mengekor Deep Purple. Di Fukuoka muncul Son House perintis Mentai Rock. Band Carol didirikan oleh ‘tiga nama besar dalam rock Jepang’ (rokku gosanke) membikin rock diterima luas masyarakat Negeri Sakura.

1980-an
Jepang diramaikan grup musik dari pelbagai aliran: Punk rock, new wave, techno-pop, hard rock, dan heavy metal. Rekaman lewat jalur indie berkembang pesat. Terjadi band boom di Jepang. Pada 1989, X Japan memulai debut heavy metal di Jepang. Tak lama, muncul gerakan shibuya kei yang memadukan unsur musik jazz, fusion, dan musik tradisional Jepang.

1990-an
Puncak ketenaran band visual kei. Lagu-lagu jenis ini marak digunakan sebagai soundtrack anime dan video game, menyulut popularitas band Jepang di mancanegara termasuk Indonesia.

Pada 1998 muncul band pengusung J-Rock, Dorayaki, di Institut Kesenian Jakarta. Sejak 1999 ke atas, band-band J-Rock lokal bermekaran. Di antaranya Wasabi, Jetto, Japanese Heroes, Jai-ko, Kyuuto, Melody Maker, Lucifer atau Sound Wave di Jakarta dan Bandung.

2001- sekarang
Tumbuh subur grup bergenre melodic hardcore dan emocore seperti Asian Kung-Fu Generation. Muncul pula genre Seishun Punk. Grup Bump of Chicken dan Sambo Master menjadi grup rock aliran utama. Adapula Rize, Orange Range, HY, dan Dragon Ash yang tergolong genre mixture rock. Album band Laruku pada 2004 laris 25 ribu keping di Indonesia.
diolah dari berbagai sumber.



Diposting oleh S-Rock's ブキッティギ Label:
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger template by blog forum